Sumber: Artikel Forum
DolphinDAW
Sebagai seorang SE (Sound Engineer)
baik di dunia digital maupun analog, sehari-hari kita bekerja dengan yang
namanya sound atau suara. Apa itu suara? Suara adalah gelombang yang merambat,
yang paling sering terjadi adalah suara yang merambat di udara. Tetapi suara
bisa juga merambat melalui media lain. Satu-satunya tempat dimana suara tidak
bisa merambat adalah ruang hampa udara.
Suara dihasilkan oleh suatu benda
yang bergetar, misalnya senar gitar, drum yang dipukul, piano, dsb. Ketika
sebuah benda bergetar, benda tersebut kita namakan “sound source” atau sumber
suara. Lalu getarannya akan dihantarkan melalui media, kemudian akan ditangkap
oleh telinga kita.
Seperti yang sudah dibahas,
frequency atau pitch berhubungan dengan garis horizontal. Perhatikan gambar
diatas, bisa dilihat bahwa sebuah gelombang terdiri dari satu bagian bukit dan
satu bagian lembah. Gelombang bergerak pada garis horizontal. Ketika terjadi
satu buah bukit dan ditambah satu buah lembah maka bisa dikatakan itu adalah
satu cycle. Secara singkat, freqency adalah banyaknya cycle yang terjadi dalam
waktu satu detik. Satuan waktu satu detik adalah fixed atau tetap. Yang berubah
adalah banyaknya cycle yang terjadi. Apabila gelombang suara panjang, maka
dalam satu detik dia hanya mengandung sedikit cycle, sehingga frequency yang
kita dengar adalah frequency rendah. Tetapi apabila gelombangnya pendek, maka
dalam satu detik akan terjadi banyak cycle sehingga pitch atau frequency yang
dihasilkan akan lebih tinggi.
Perhatikan gambar diatas, garis
vertikal menggambarkan tingkat kekerasan suara atau amplitudenya. Semakin
tinggi bukitnya, maka suara yang kita dengar akan semakin kuat. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah lembahnya, maka suara yang kita dengar akan semakin
pelan. Misalkan kita memetik sebuah senar gitar. Apabila kita petik dengan
pelan maka senar akan bergetar sedikit, sehingga menghasilkan suara yang pelan.
Tetapi apabila kita petik dengan kuat, maka senar akan bergerak jauh dan
menghasilkan suara yang keras.
Setelah kita paham apa itu suara,
selanjutnya bagaimana suara bisa kita dengar, atau kita olah di mixer, atau
kita rekam? Pertama-tama mari kita bahas “transducer”. Transducer adalah alat
yang mengubah suatu bentuk daya menjadi bentuk daya lainnya untuk berbagai
tujuan termasuk pengubahan ukuran atau informasi. Dalam hal ini, telinga kita
termasuk sebuah transducer, gelombang di udara akan ditangkap oleh daun
telinga, lalu diteruskan ke gendang telinga kita. Dari gendang telinga, getaran
diteruskan ke “cochlea” atau rumah siput dimana terdapat ratusan ribu rambut
halus yang berfungsi sebagai sensor. Hasilnya dikirim melalui syaraf ke otak.
Beginilah kita mempersepsikan sound atau suara.
Contoh lain dari transducer adalah
microphone yang mana mengubah gelombang suara, atau energi akustik menjadi
sinyal atau energi listrik dalam bentuk variasi voltase. Speaker juga termasuk
transducer. Cara kerja speaker adalah kebalikan dari microphone. Speaker
bekerja mengubah sinyal listrik menjadi gelombang suara.
Perbedaan utama antara Recording
Engineer dan Live Sound Engineer adalah; seorang recording engineer bekerja
untuk menangkap suara, yang kemudian disimpan. Sedangkan live sound engineer
tidak melibatkan media penyimpanan.
Berikut adalah proses dari live
sound, misalnya konser, dsb. Suara ditangkap microphone, diubah menjadi voltage
variation, lalu dikirimkan ke preamp untuk diperkuat menjadi line level. Setelah
itu diproses/mixing di mixer, di’compress, EQ, gate, kemudian diberi reverb,
dsb. Output hasil proses mixing lalu dikirim ke amplifier yang men’drive
loudspeaker. Loudspeaker kemudian mengubahnya kembali menjadi gelombang suara
untuk didengar audience.
Recording adalah proses untuk
menangkap suara, lalu menyimpannya ke dalam suatu media sehingga bisa didengarkan
setiap saat. Pada jaman analog dulu, media penyimpan yang digunakan adalah
pita/magnetic tape. Ada berbagai macam pita, misalnya ¼ inch yang biasa
digunakan di radio-radio, sampai pita 2 inch yang bisa menyimpan 24 track
sekaligus. Kaset yang kita kenal adalah magnetic tape. Cara penyimpanannya
dengan dua buah head berbeda, yang satu recording head untuk menulis, dan yang
satu lagi playback head untuk membaca. Jadi dengan adanya recording media, maka
suara tidak akan hilang karena bisa disimpan.
Pada dunia digital seperti sekarang,
kita tidak menyimpan hasil rekaman pada pita, melainkan pada file yang disimpan
pada komputer. Beberapa keuntungan penyimpanan dalam bentuk digital:
1. Murah dan terjangkau.
Jaman dahulu jika mau rekaman, seorang
produser harus membeli pita 2 inch yang bisa merekam 24 track selama 15 - 30
menit. Harga pita bisa mencapai 1 juta lebih. Bandingkan dengan hard disk atau
bahkan flash disk 32 gb yang sudah bisa menyimpan beberapa lagu yang
masing-masing memiliki puluhan track.
2. Mudah di’backup dan dipindahkan.
Apabila pitanya hilang atau tersiram
air maka isi di dalamnya akan hilang. Dengan penyimpanan digital maka resiko
data hilang sangat minim karena dapat di’backup dengan mudah.
3. Kualitasnya tetap walaupun di’copy
ataupun dimainkan berulang-ulang.
Data digital biasanya memiliki parity
check yang memastikan tidak terjadi kesalahan pada saat meng’copy. Apabila
terjadi error, biasanya yang terjadi adalah “file corrupt” atau tidak bisa
dibaca lagi. Jaman analog dulu, kualitas file audio bisa menurun jika dicopy.
File bisa terdiri dari 8 bit, 16
bit, atau 24 bit. Ini yang kita sebut dengan bit resolution, dan berhubungan
dengan banyaknya dynamic range yang bisa direkam ataupun diplayback oleh file
tersebut. Selain memiliki bit resolution, file juga memiliki sample rate.
Sample rate behubungan dengan frekuensi tertinggi yang bisa direkam ataupun
diplayback oleh file tersebut.
kereeen bang, lanjutkaaannn
ReplyDeleteIlmu yang bermafaat, thanks share info nya ;)
ReplyDelete