Tabel
Jangkauan Frekuensi Instrumen
Sumber: Independent Recording.net
Data Spektrum:
1. Sub Bass
Jangkauan frekuensi 16 – 60 Hz
- Lebih
mudah dirasakan daripada didengar
- Power
dalam suatu musik terkandung dalam range frekuensi ini. Musik yang tidak mempunyai
atau kekurangan frekuensi sub bass akan terdengar tidak bertenaga.
- Sub
bass dalam jumlah yang terlalu banyak menyebabkan musik menjadi keruh.
2. Bass
Jangkauan frekuensi 60 – 250 Hz
- Umumnya
digunakan dalam pembentukan ritmis pada sebuah musik (rhythm section).
- Membuat
musik/instrumen terdengar lebih “fat” (gemuk, tebal).
- Frekuensi
bass yang terlalu banyak bisa menyebabkan musik menjadi “boomy” (mendengung dan
tenggelam).
3. Mid Range
Jangkauan frekuensi 250 Hz – 2 kHz
- Suara
harmonik terendah pada sebagian besar instrumen.
- Terlalu
banyak frekuensi 500 Hz – 1 kHz menyebabkan musik/instrumen menjadi “honking”
(tumpul).
- Terlalu
banyak frekuensi 1 – 2 kHz menyebabkan musik/instrumen menjadi “tinny”
(bersuara seperti logam).
4. High Mid Range
Jangkauan frekuensi 2 –
4 kHz
- Mengandung
“attack” (hentakan) pada sebagian besar instrumen perkusi.
- Suara
vokal lebih mudah dianalisa pada frekuensi ini.
- Terlalu
banyak frekuensi ini menyebabkan telinga cepat lelah.
Jangkauan frekuensi 4 – 6 kHz
- Mengandung
clarity dan kejelasan.
- Menaikkan
(boost) frekuensi ini akan membuat musik/instrumen terdengar lebih maju
(presence).
- Low
sibilance terletak pada renge frekuensi ini.
5. High
Jangkauan frekuensi 6 – 20 kHz
- Mengandung
“brightness” (kecerahan) dan “crispness” (renyah).
- High
sibilance terletak pada range frekuensi ini.
- Terlalu
banyak frekuensi 8 – 16 kHz akan menyebabkan musik/instrumen terdengar
“brittle” (rapuh).
- Sama
halnya dengan sub bass, frekuensi diatas 16 kHz lebih mudah dirasakan daripada
didengar.
Data Instrumen:
1. Suara vokal laki-laki (male vocal)
·
Fullness : ~ 120 Hz
·
Boominess : ~ 240 Hz
·
Presence/Recognition : 2 kHz – 4 kHz
·
Sibilance : 4 kHz – 9 kHz
·
Breath/Air : 10 kHz – 16 kHz
2. Suara vokal perempuan (female vocal)
·
Fullness : 240 Hz
·
Presence/Recognition : 2 kHz – 4 kHz
·
Sibilance : 4 kHz – 9 kHz
·
Breath/Air : 10 kHz – 16 kHz
3. Kick Drum
·
Bottom/Punch : 50 Hz – 100 Hz
·
Fullness : 100 Hz – 250 Hz
·
Attack : 3 kHz – 5 kHz
·
Hollowness : ~ 400 Hz
·
Muddiness : dibawah 800 Hz
4. Timpani
·
Fundamental : 125 Hz – 150 Hz
·
Primary
Modes : 145 Hz – 360 Hz
·
Attack : ~ 3 kHz
5. Toms
Floor tom:
·
Fullness : 80 Hz – 120 Hz
·
Attack : ~ 5 kHz
Rack toms:
·
Fullness : 240 Hz – 400 Hz
·
Attack : 5 kHz – 7 kHz
6. Snare
·
Ring : ~ 900 Hz
·
Fullness : 120 Hz – 240 Hz
·
Attack/Crisp : 2.5 kHz – 5 kHz
·
Snap : ~ 10 kHz
7. Conga
·
Resonant/Ring : 200 Hz – 240 Hz
·
Presence/Slap : 4 kHz – 5 kHz
8. Cymbals/hi-hat
·
Clang : ~ 200 Hz
·
Presence : ~ 3 kHz
·
Shimmer : 7.5 kHz – 12 kHz
9. Tuba
·
Low
fundamental : B0 (29 Hz)
·
Overtones : 1.5 kHz – 2 kHz
10. French horn
·
Fundamentals : B1 – G5 (55 Hz – 700 Hz)
·
Formants : ~ 340 Hz dan 750 Hz – 3.5
kHz
11. Bass trombone
·
Fundamentals : Bb1 – G4 (58 kHz – 400 Hz)
·
Overtones : sampai 4 kHz
·
Overblows : sampai 8 kHz
12. Tenor trombone
·
Fundamentals : E2 – C5 (82 Hz – 520 Hz)
·
Overtones : sampai 5 khz
·
Overblows : sampai 10 kHz
13. Trumpet
·
Fundamentals : E3 – D6 (165 Hz – 1.2 kHz)
·
Formants : 1 – 1.5 kHz dan 2 kHz – 3
kHz
·
Piercing : ~ 5 kHz
14. Contrabassoon
·
Fundamentals : Bb0 – G3 (29 Hz – 200 Hz)
·
Overtones : sampai 4 kHz
15. Bassoon
·
Fundamentals : Bb1 – E5 (55 Hz – 575 Hz)
·
Overtones : sampai 9 kHz
16. Tenor sax
·
Fundamentals : B2 – F5 (120 Hz – 725 Hz)
·
Overtones : sampai 8 kHz
·
Breath : sampai 13 kHz
17. Alto sax
·
Fundamentals : C#3 – G5 (139 Hz – 785 Hz)
·
Overtones : sampai 8 kHz
·
Breath : sampai 13 kHz
18. Clarinet
·
Fundamentals : C#3 – G6 (139 Hz – 1.6 kHz)
·
Overtones : soft sampai 1.5 kHz; loud
sampai 12 kHz
19. Oboe
·
Fundamentals : Bb3 – G6 (250 Hz – 1.5 kHz)
·
Overtones : sampai 12 kHz
20. Flute
·
Fundamentals : B3 – C7 (247 Hz – 2.1 kHz)
·
Overtones : sampai 3 – 6 kHz
·
Overblows : sampai 8 kHz
21. Piccolo
·
Fundamentals : E5 – B7 (630 Hz – 4 kHz)
·
Overtones : sampai 16 kHz
22. Bass gitar
·
Fundamentals : E1 – F4 (41 Hz – 343 Hz)
·
Low
fundamentals : dibawah B0
·
Bottom : 50 Hz – 80
Hz
·
Attack/Pick : 700 Hz – 1 kHz
23. Cello
·
Fundamentals : C2 – C5 (56 Hz – 520 Hz)
·
Fullness : ~ 240 Hz
·
Overtones : kurang dari 8 kHz
24. Viola
·
Fundamentals : C3 – C6 (125 Hz – 1 kHz)
·
Overtones : sampai 6.3 kHz
·
Fullness : 220 Hz – 240 Hz
·
Scratchiness : 7 kHz – 10 kHz
25. Violin
·
Fundamentals : G3 – E6 (200 Hz – 1.3 kHz)
·
Fullness : ~ 240 Hz
·
Formants : 300 Hz, 1 khz, dan 1.2
kHz
·
Overtones : sampai 16 kHz
·
Scratchiness : 7 kHz – 10 kHz
26. Gitar
·
Fundamentals : E2 – D6 (82 Hz – 1.2 kHz)
·
Fullness : 80 Hz (akustik) dan 240
Hz – 500 Hz (elektrik)
·
Body : ~ 240 Hz (akustik)
·
Presence : 2 kHz – 5 kHz
·
Lubang
resonansi suara pada frekuensi antara 80 Hz sampai 100 Hz (akustik)
27. Harpa
·
Fundamentals : Bb0 – G7 (29 Hz – 3.1 kHz)
·
Overtones : sampai 4 kHz – 6 kHz
28. Pipe organ
·
Fundamentals : E0 – A8 (20 Hz – 7.1 kHz)
·
Fullness : 80 Hz
·
Presence : 2 kHz – 5 kHz
·
Body : ~ 240 Hz
29. Piano
·
Fundamentals : A0 – C8 (27 Hz – 4.2 kHz)
·
Fullness : 80 Hz – 120 Hz
·
Presence : 2 kHz – 5 kHz
·
Resonance : ~ 40 Hz – 60 Hz
·
Honky-tonk : ~ 2.5 kHz
Tabel
Tingkat Sensitifitas Telinga Manusia Terhadap Berbagai Macam Frekuensi
Gambar diatas adalah garis persamaan
tingkat kekerasan suara pada rata-rata telinga manusia yang ideal. Tiap garis
putih menghubungkan poin-poin pada tiap-tiap frekuensi yang terdengar pada
telinga manusia yang dikondisikan pada volume yang sama. Semakin garis tersebut
turun ke bawah, berarti semakin tinggi tingkat sensitifitas telinga terhadap
frekuensi tersebut. Satu “phon” sama dengan 1 dB pada frekuensi 1 kHz.
Tidak ada dua pasang telinga yang
sama identik. Tiap telinga manusia memiliki tingkat sensitifitas yang
berbeda-beda. Jadi, tabel tersebut diambil dari tes sample sensitifitas telinga
manusia yang disurvei dalam jumlah yang besar, dan berdasarkan pada standar
internasional ISO 226 (2003) untuk garis tingkat kekerasan suara terhadap
telinga manusia.
Keterangan:
Bagian dari spektrum ini adalah bagian
dimana telinga sangat tidak sensitif. Semakin rendah frekuensi sub-bass, maka
akan semakin sulit untuk didengar.
Sensitifitas telinga akan mulai
menguat dari tingkat respon yang lemah pada sub-bass, menuju tingkat level yang
lebih akurat, saat bass berada pada frekuensi mid-range yaitu sekitar 300 Hz.
Telinga manusia akurat pada frekuensi
mid-range. Tingkat akurasi tertinggi terletak pada frekuensi di sekitar 1 kHz.
Peningkatan sensitifitas pada frekuensi 400 - 500 Hz biasa dikenal dengan
istilah “muddiness”.
Sensitifitas telinga yang paling
tinggi dimulai dari frekuensi diatas mid-range, hingga mencapai puncak
sensitifitas tertinggi, yaitu sekitar 4 kHz.
Sensitifitas telinga akan berkurang
pada frekuensi sekitar 10 kHz, dan akan meningkat kembali pada frekuensi 12
sampai 13 kHz. Setelah frekuensi 13 kHz, sensitifitas telinga akan turun
kembali dengan cepat.